Tahap/
Bagian Perencanaan Audit
Perencanaan audit
terdiri dari tujuh bagian/ tahapan, yaitu:
1. Perencanaan Awal Audit
Perencanaan awal menyangkut keputusan apakah auditor akan menerima atau
melanjutkan pelaksanaan audit bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan klien
untuk diaudit, memilih staf untuk penugasan dan mendapatkan surat penugasan.
-
Menerima
klien baru dan melanjutkan klien lama
Menyelidiki
klien baru.
Sebelum menerima
klien baru, sebagian besar kantor akuntan public menyelidiki perusahaan untuk
memutuskan apakah klien dapat diterima. Selain itu juga harus dilakukan
evaluasi prospektif klien dalam lingkungan usaha, stabilitas keuangan, dan
hubungan dengan kantor akuntan publik.
Untuk calon klien yang sebelumnya diaudit oleh akntor akuntan public lain,
auditor pengganti diwajibkan oleh PSA 16 (SA 315) untuk berhubungan dengan
auditor sebelumnya, agar dapat membantu auditor pengganti dalam mengevaluasi
apakah akan menerima penugasan tersebut. Apabila calon klien belum pernah
diaudit oleh kantor akuntan public, perlu diadakan penyelidikan. Sumber
nformasi bisa berasal dari pengacara local, kantor akuntan public lain, bank
dan perusahaan lain.
Melanjutkan
klien lama.
Banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien yang sudah ada setiap tahun
untuk memutuskan apakah ada alasan untuk tidak melanjutkan audit. Perselisihan
sebelumnya seperti kelayakan ruang lingkup audit, jenis pendpat yang diberikan,
atau honorarium dapat menyebabkan auditor tidak melanjutkan hubungan. Auditor
dapat juga memutuskan bahwa klien kurang mempunyai integritas dank arena itu
tidak layak lagi untuk menjadi kliennya.
-
Mengidentifikasi
alasan klien untuk diaudit
Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan adalah
siapa pemakai laporan dan maksud dari penggunaan laporan tersebut. Auditor akan
mengumpulkan lebih bannyak bahan bukti jika laporan digunakan secara luas. Hal
seperti ini sering terjadi pada perusahaan publik, perusahaan dengan utang
banyak, dan perusahaan yang akan dijual pada waktu yang dekat. Kemungkinan
terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat
pengalaman dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen. Selama audit
berlangsung, auditor dapat memperoleh infromasi tambahan mengenai mengapa klien
menghendaki audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan.
-
Staf untuk
penugasan
Menentukan staf yang pantas untuk melaksanakan penugasan adalah penting untuk
memenuhi standar auditing yang ditetapkan IAI dan meningkatkan efisiensi audit.
Standar auditing yang ditetapkan IAI yang pertama menyatakan: “Audit harus
dilakaukan oleh seorang atau beberapa yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup”.
Pertimbang utama yang memperngaruhi penyusunan staf adalah perlunya
kesinambungan dari tahun ke tahun. Kesinambungan membantu kantor akuntan publik
dalam menjaga mutu persyaratan teknis dan hubungan antar manusia yang lebih
erat dengan klien. Pertimbangan lain yaitu bahwa orang-orang yang diserahi
tugas harus akrab dengan bidang usaha klien.
-
Memperoleh
surat penugasan
Suarat penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan klien
untuk pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Surat ini menyebutkan
apakah auditor akan melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi, dan jasa lain
seperti pengisian SPT dan jasa manajemen. Dalam surat penugasan dinyatakan
pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian
audit, bantuan yang akan diberikan oleh klien unutk memperoleh catatan dan
dokumen sertadaftar rincian yang perlu disiapkan oleh auditor. Seringkali surat
penugasan memuat persetujuan yang menyangkut biaya audit.surat penugasan
merupakan cara untuk memberitahukan klien bahwa auditor tidak bertanggung jawab
untuk menemukan kecurangan (fraud).
Surat
penugasan tidak mempengaruhi tanggungjawab kantor akuntan publikterhadap pihak
ekstern laporan keuangan yang diaudit, tetapi daapt mempengaruhi tanggung jawab
hukum terhadap klien. Informasi dalam surat penugasan sangat penting dalam
perencanaan audit, terutama karena surat itu mempengaruhi saat penyajian dan
waktu yang diperlukan untuk audit dan jasa lain.
2. Memperoleh Infromasi Mengenai Latar
Belakang
Diperlukan pengetahuan yang luas mengenai bidang usaha dan industry klien serta
pengetahuan atas operasi perusahaan untuk dapat melakaukan audit yang memadai.
Sebagian informasi diperoleh di tempat klien, terutama unutk klien baru.
Informasi mengenai latar belakang klien dapat diperoleh dengan berbagai cara,
yaitu sebagai berikut:
-
Memahami bidang usaha dan industri
klien
Ada tiga
alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industry klien.
Pertama, Memahami aturan-aturan akuntansi yang khas dari
industri tersebut untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kedua, Mengidentifikasi risiko dalam
industri yang akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima.
Ketiga, Agar dapat mengidentifikasi risiko
bawaan.
Pengetahuan
mengenai industry klien dapat diperoleh dengan berbagai cara, seperti: diskusi
dengan auditor yang mengaudit di tahun-tahun sebelumnya dan dengan auditor yang
sedang melakukan penugasan serupa, serta bisa juga dilakuka dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan bersama pegawai klien. Infromasi lainnya dapat diperoleh
dari pedoman audit industry, teks pelajaran dan majalah-majalah yang memuat
informasi mengenai industri klien.
-
Meninjau pabrik dan kantor
Peninjauan atas fasilitas klien sangat bermanfaat untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diperoleh
kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan
pertama.
Diskusi dengan pegawai di luar bidagn akuntansi selama proses peninjauan audit
dan audit berguna dalam mendapatkan perspektif yang lebih luas.
Peninjauan langsung atas fasilitas fisik akan membantu auditor dalam
memahami pengamanan fisik aktiva dan menginterpretasikan data akuntansi dengan
memberikan kerangak acuan dalam vusialisasi aktiva.
-
Menelaah kebijakan perusahaan
Berguna untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh wewenang dari dewan
komisaris untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan bahwa keputusan
manajemen telah tercermin dalam laporan keuangan. Pendekatan yang digunakan
kantor akuntan publik dalam menelaah kebijakan perusahaan adalah dengan
memasukkan catatan dalam berkas permanen mengenai kebijakan pentign yang
dijalankan oleh klien dan nama orang atau kelompok yang berwenang unutk
mengubah kebijakan tersebut. Berkas permanen audirot seringkali memuat sejarah
perusahaan, daftar jalur usaha utama, dan catatan kebijakan akuntansi yang
paling penting dari tahun ke tahun .
-
Mengidentifikasi pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa
Hubungan
istimewa dalam PSA
34 (SA 334) diidentifikasikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik uatama
perusahaan klien, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan klien dimana salah
satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya. Transaksi
hubungan istimewa adalah transaksi antara klien dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, misalnya: transaksi penjualan dan pembelian antara
perusahaan induk dengan perusahaan anak, pertukaran perlaatan antara dua
perusahaan yang dimiliki oleh orang yang sama, dan pinjaman kepda pegawai.
Karena
transaksi hubungan istimewa harus diungkapkan, penting artinya bahwa seluruh pihak
yang mempunyai hubungan istimewa diidentifikasi dan dimasukkan dlam berkas
permanen pada awal penugasan auditor. Cara umum untuk mengidentifikasi pihak
yang memiliki hubungan istimewa adalah dengan bertanya kepada manajemen,
menelaah arsip paar modal, dan memerikasa daftar pemegang saham untuk
mengidentifikasi pemegang saham utama.
-
Mengevaluasi kebutuhan akan
spesialis dari luar
Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai
mengenai industry klien untuk menentukan apakah diperlukan seorang spesialis.
PSA 39 (SA336) menetapkan aturan untuk memilih spesialis dan menelaah
pekerjaannya. Contohnya adalah penggunaaan seorang spesialis berlian unutk
menilai biaya penggantian berlian, atau seorang spesialis aktuaris untk
menetapkan kelayakan nilai yang tertulis dari cadangan kerugian asuransi.
Perencanaan yang baik diperlukan untuk meyakinkan bahwa seorang ahli siap jika
diperlukan dan bawah ahli itu benar-benar kompeten dan jika mungkin independen
terhadap klien.
3. Memperoleh Informasi Mengenai
Kewajiban Hukum Klien
Tiga dokumen
hukum dan catatan yang berkaitan erat dengan klien yang harus diperiksa pada
awal penugasan:
a.
Akte pendirian perusahaan
diterbitkan oleh negara di mana perusahaan didirikan dan merupakan dokumen
hukum yang penting untuk mengakui suatu perusahaan sebagai suatu usaha yang
berdiri sendiri. Termasuk di dalamnya adalah nama perseroan, tanggal pendirian,
jeniss dan jumlah modal saham yang disahkan unutk ditempatkan dan jenis
kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh perseroan.
b.
Anggaran dasar mencakup
peraturan dan prosedur yang ditetapkan oleh para pemegang saham perseroan. Di
dalamnya diuraikan hal-hal seperti tahun fiscal perseroan, frekuensi rapat
pemegang saham, metode pemilihan para direktur, dan kewajiban serta wewenang
dari pada pengurus perusahaan.
Auditor
harus memahami persyaratan akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan agar
dapat menetapkan apakah laporan keuangan disajikan secara pantas.
c.
Notulen
rapat adalah
catatan resmi rapat dewan direksi dan pemegang saham. Termasuk di dalamnya
adalah ikhtisar masalah terpenting yang didiskusikan dalam rapat dan keputusan
yang dibuat oleh direksi dan pemegang saham. Jika auditor tidak memeriksa
notulen, dia tidak akan menyadari adanya informasi yang penting unutk
menetapkan apakah laporan keuangan telah dibuat dengan benar.
Informasi-informasi
yang tercakup dalam notulen rapat:
·
Pengumuman
dividen
·
Otorisasi
penggajian untuk pejabat
·
Persetujuan
kontrak dan kesepakatan
·
Otorisasi
atas perolehan aktiva
·
Persetujuan
merger
·
Otorisasi
pinjaman jangka penjang
·
Persetujuan
untuk menggadaikan efek-efek
·
Otorisasi
pegawai yang berhak menandatangani cek
·
Pelaporan
mengenai kemajuan operasional perusahaam
Kontrak
adalah perjanjian kerjasama klien dengan pihak lain. Pada umumnya kontrak
sangat diperlukan dalam setiap bagian audit untuk memperoleh gambaran yang
lebih baik mengenai perusahaan dan untuk membiasakan diri pada bagian yang
mungkin akan menimbulkan masalah. Dalam memeriksa kontrak, perhatian utama
dipusatkan pada segi kesepakatan hukum yang memperngaruhi pengungkapan
keuangan.
4. Pelaksanaan Prosedur Analitis
Pendahuluan
Prosedur analitis
adalah evaluasi infromasi keuangan yang dilakukan dengan memperlajari hubungan
logis antara data keuangan dan non keuangan yang meliputi perbandingan
jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi dari auditor.
Tujuan
prosedur analisis dalam perencanaan audit adalah membantu perencanaan sifat,
saat, dan luas prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti
tentang saldo akun atau jenis transaksi tertentu.
Tujuan
pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan:
·
Memahami
bidang usaha klien
·
Penetapan
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
·
Indikasi
adanya kemungkikan salah saji dalam laporan keuangan
·
Mengurangi
pengujian audit yang terinci
Tahap-tahap
dalam prosedur analisis:
·
Mengidentifikasi
perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
·
Mengembangkan
harapan
·
Melaksanakan
perhitungan/perbandingan
·
Menganalisis
data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
·
Menyelidiki
perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut.
·
Menentukan
dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.
5. Menetukan Materialitas, Menetapkan
Risiko Audit dan Risiko Bawaan
·
Mempertimbangkan
tingkat materialitas awal
Materialitasi
merupakam satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor
tentang kecukupan (kuantitas) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubunga
antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan
salah akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat
materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan terbalik).
Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah
bukti yang diperlukan (hubungan langsung). Materialitas awal dapat ditentukan
melalui dua tahap, yaitu dengan tingkat laporan keuangan, dan tingkat saldo
akun.
· Mempertimbangkan risiko audit dan
risiko bawaan
Risiko audit
adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagainya mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah
risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Jika diinginkan tingkat
kepastian 99%, risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya adalah
1%.
Terdapat
tiga unsur risiko audit:
(1) risiko
bawaan, Risiko
bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur pengendalian intern yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah
lebih besr pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan
yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang lebih rumit lebih mungkin mengakibatkan
salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Faktor ekstern juga
mempengaruhi risiko bawaan. Sebagai contoh, perkembangan teknologi mungkin
meyebabkan produk tertentu menjadi usang, sehingga mengakibatkan sediaan
cenderung dilaporkan lebih besar.
(2) risiko
pengendalian, Risiko
pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian
intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur
pengendalian intern intern untuk mencapai tujuan umum pengendalian intern yang
relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas. Risiko pengendalian
tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian
intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak efektif
karena kelalaian manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya kolusi
diantara personel pelaksananya.
(3) risiko
deteksi, Risiko
deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan oleh
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100%
saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidak pastian
lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa
100%.
Risiko
deteksi dapat dihitung melalui tahap-tahap berikut ini:
a. Menetepkan risiko audit, risiko
bawaan, dan risiko pengendalian secara individual berdasarkan pertimbangan
profesional auditor
b. Melakukan penghitungan risiko
deteksi.
6. Memahami Struktur Pengendalian
Intern dan Menetapkan Risiko Pengendalian
Struktur
pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang di tetapkan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa tujuan satuan usaha yang spesifik akan
dapat di capai. Struktur Pengendalian intern satuan usaha terdiri dari tiga
unsur:
1)Lingkungan
pengendalian
2) Sistem
akuntansi
3) Prosedur
pengendalian.
Jika
struktur pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan
terjadinya kesalahan, ketidak akuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan
sangat besar. Bagiakuntan publik, hal tsb menimbulkan resiko yang besar,dalam
arti risiko untuk memberikan opini yang tidak sesuaidengan kenyataan, jika
auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak
mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang di berikannya.
Langkah
pertama dalam memahami pengendalian intern klien adalah dengan mempelajari
unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah
melakukan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan menentukan
kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut. Jika auditor telah
mengetahui bahwa pengendalian intern klien di bidang tertentu adalah
kuat, maka ia akan mempercayai informasi keuangan yang dihasilkan. Oleh karena
itu ia akan mengurangi jumlah bukti yang dikumpulkan dalam audit yang
bersangkutan dengan bidang tersebut. Untuk mendukung keyakinannya atas
efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor melakukan pengujian
pengendalian (test of control).
7. Mengembangkan Rencana Audit dan
Program Audit
Dalam
perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi, auditor
dapat memilih strategi audit awal:
a.
Primarily
subtantive approach
Pada
strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian substantive daripada
pengujian pengendalian. Auditor relative lebih sedikit melakukan prosedur untuk
memperoleh pemahaman struktur pengedalian intern klien. Strategi ini lebih
banyak dipakai dalam audit yang pertama kali daripada atas klien lama.
Strategi ini
digunakan apabila auditor, atas dasar pengalaman maupun tahap perencanaan
sebelumnya, menemukan kondisi sebagai berikut:
·
Pengendalian
yang terkait dengan suatu asersi, tidak efektif. Oleh karena itu, salah saji
tidak akan dpat dicegah atau dideteksi oleh struktur pengendalian intern klien.
Auditor kemudian menguji apakah salah saji yang tak terdeteksi oleh struktur
pengendalian intern klien tersebut, dapat dideteksi oleh prosedur audit. Dengan
demikian, auditor akan lebih banyak melakukan pengujian substantive.
· Biaya untuk melaksanakan: 1)Prosedur tambahan untuk
menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern, 2)Test of control
untuk mendukung lower assessed level of control risk melebihi biaya untuk
melaksanakan test substsntif yang lebih ekstensif.
Kedua
kondisi ini biasanya terkait dengan asersi akun:
· Yang dipengaruhi terutama oleh
transaksi tidak rutin atau jarang terjadi seperti aktiva tetap, utang obligasi,
dan modal saham.
· Yang sangat memerlukan jurnal
penyesuaian seperti akumulasi depresiasi.
b.
Lower
assessed level of control risk approach
Auditor
lebih mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian substantive pada
strategi ini. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan
pengujian substantive. Auditor tetap melakukan pengujian substantive meskipun
tidak se-ekstensif pada Primarily substantive approach. Auditor lebih banyak
melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian
intern klien.
Strategi ini
lebih banyak dipakai dalam audit atas klien lama daripada audit yang pertama
kali atas klien baru. Strategi ini digunakan apabila auditor, atas dasar
pengalaman maupun tahap perencanaan sebelumnya, menemukan kondisi sebagai
berikut:
· Pengendalian yang terkait dengan
suatu asersi dirancang dengan baik, dan sangat efektif. Struktur pengendalian
intern klien sangat efektif tersebut akan dapat mengurangi kemungkinan salah
saji. Oleh karena itu, auditor harus menguji apakah struktur pengendalian
intern klien benar-benar efektif dalam mendeteksi salah saji. Auditor lebih
banyak melakukan pengujian pengendalian.
· Biaya untuk melaksanakan: 1)Prosedur
tambahan untuk menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern, 2)Test of
control untuk mendukung lower assessed level of control risk lebih rendah dari
pada biaya untuk melaksanakan test substantive yang lebih ekstensif, 3)Akun
yang diperiksa adalah akun yang dipengaruhi transaksi rutin, dan volumenya
tinggi. Contoh akun seperti itu yaitu :
1. Penjualan
2. Piutang Dagang
3. Persediaan
4. Biaya upah dan gaji
Anggota Kelompok : Reda Amor, Agung Kurniawan, Nur Cahyono, Kukuh Hariyadi, Rahman Ardiansyah