Selasa, 16 April 2013

Resume Jurnal "Monitoring Corruption : Evidence from a Field Experiment in Indonesia"



Posting kali ini berkaitan dengan Resume Jurnal “Monitoring Corruption : Evidence from a Field Experiment in Indonesia”
Taukan artinya?
Jurnal ini dibuat untuk menyelidiki pendekatan alternatif agar dapat memerangi korupsi. Penelitian tersebut dilakukan menggunakan dua strategi yaitu top-down (pemantauan oleh auditor pemerintah) dan bottom-up (partisipasi terhadap proses peantauan desa). Didapatkan hasil bahwa suatu desa yang telah diaudit oleh lembaga audit pemerintah pusat dari baseline 4 persen menjadi 100 persen mengurangi pengeluaran hilang dari 27,7 poin persentase menjadi 19,2 persen. Adanya penurunan tersebut bukan berarti bahwa aparat desa dimungkinkan 100 persen terdeteksi korupsi dan menjatuhkan hukuman, bahkan meskipun auditor menemukan beberapa jenis pelanggaran hingga mencpai 90% dari desa-desa yang mereka kunjungi, sebagian besar pelanggaran ini adalah prosedural di alam, dan ada sangat sedikit.  Jikapun ada kasus di mana auditor memiliki cukup bukti konkret untuk benar-benar mengadili pelanggaran korup, itu sangatlah jarang. Suatu hukuman yang tinggi bisa menjadi pelengkap yang efektif untuk probabilitas  audit yang lebih tinggi. Mereka juga menunjukkan bahwa memberikan hasil audit kepada publik, kemudian menggunakannya dalam membuat pilihan elektoral mereka, mungkin menjadi pelengkap berguna untuk hukuman formal.
 Kemudian hasil bottom-up menunjukkan bahwa hasil penelitian mengundang lebih banyak warga desa untuk pertemuan monitoring berkurang hanya pengeluaran tenaga kerja yang hilang, dengan tidak berdampak pada bahan dan, sebagai akibatnya, dampak yang kecil secara keseluruhan. Kemudian adanya bentuk komentar anonim terhadap pengurangan yang hilang di desa apabila bentuk komentar dibagikan  karena adanya pembagian melalui sekolah-sekolah didesa, melalui aparat desa yang mungkin telah terlibat dalam proyek ini. Jurnal ini merupakan contoh intervensi jangka pendek, dan auditor  diharapkan jangan mudah disuap dan adanya rotasi pergantian auditor agar  audit teresebut dapat optimal. Semua yang ada akan terlihat jelas dengan berjalannya waktu, apakah peningkatan pengawasan yang diberlakukan oleh audit mempengaruhi  terlibatnya manajemen proyek, dan apakah hasil audit negatif mempengaruhi probabilitas pemilihan tersebut dari aparat desa. Efisiensi pengurangan korupsi juga akan menjadi lebih jelas dengan waktu karena kita dapat mengamati perubahan dalam berapa lama jalan berlangsung. Dan jangan lupakan tentang pemahaman implikasi jangka panjang dari kebijakan anti korupsi karena hal tersebut merupakan hal yang penting untuk keberlangsungan penelitian dimasa depan.

Sekian postingan kali ini, semoga bermanfaat. Tunggu postingan selanjutnya XD

Selasa, 02 April 2013

COSO ( Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission )


Taukah kalian apa itu COSO?
COSO (Comitte of Sponsoring Organization of treadway Commision) didirikan pada tahun 1985 dan merupakan bentuk inisiatif sektor swasta yang dipelopori oleh 5 organisasi profesi, yaitu :
1.    Financial  Executives International (FEI)
2.    The American Accounting Association (AAA)
3.    The American Institute  of  Certified  Public  Accountants (AICPA)
4.    The  Institute  of  Internal Auditors (IIA)
5.    The Institute of Management Accountants (IMA)

Didirikannya COSO sendiri bertujuan guna mengidentifikasi adanya faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan serta membuat rekomendasi guna mengurangi dan mengantisipasi kejadian tersebut.

COSO menyebutkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan staff untuk mencapai tujuan mengenai :
1.      Efektifitas dan efisiensi operasional
2.      Reliabilitas pelaporan keuangan
3.      Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku



COSO mengidentifikasi Sistem Pengendalian Internal yang efektif meliputi lima komponen yang saling berhubungan untuk mendukung pencapaian tujuan entitas, yaitu:



1.      Lingkungan Pengendalian (control environment)
Merupakan pedoman untuk seluruh komponen pengendalian internal, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian menyediakan arahan bagi organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian dari orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut. 
2.      Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Dalam penilaian ini terdiri dari 2 komponen yaitu identifikasi resiko dan analisis resiko, dimana Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
3.      Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas Pengendalian meliputi review terhadap sistim pengendalian, pemisahan tugas, dan pengendalian terhadap sistim informasi. Aktivitas ini hendaknya diterapkan terhadap semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan agar dapat mengurangi berbagai resiko dalam pencapaian tujuan suatu entitas.
4.      Informasi dan komunikasi (informasi and communication)
Informasi dan komunikasi merupakan hal sangat penting dalam melaksanakan tanggung jawab entitas perusahaan. Hendaknya semua hal yang penting harus dikomunikasikan dengan baik, agar manajemen dapat memperoleh informasi yang jelas sebagai dasar pembuatan keputusan/kebijakan.
5.      Pengawasan (monitoring)
bertujuan untuk menilai mutu kinerja sistem sepanjang waktu. Ini dijalankan melalui aktivitas pemantauan yang terus-menerus, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya, melalui aktivitas yang berkelanjutan dan melalui evaluasi yang ditujukan terhadap aktivitas atau area yang khusus.

Di tahun 2004, COSO mengeluarkan report ‘Enterprise Risk Management – Integrated Framework’, sebagai pengembangan COSO framework di atas. Dijelaskan ada 8 komponen dalam Enterprise Risk Management, yaitu:

1.      Lingkungan Internal (Internal Environment),
2.      Penentuan Tujuan (Objective Setting),
3.      Identifikasi Kejadian (Event Identification),
4.      Penilaian Risiko (Risiko Assessment),
5.      Respons Risiko (Risk Response),
6.      Kegiatan Pengendalian (Control Activities),
7.      Informasi dan Komunikasi (Information and Communication),
8.      Pengawasan (Monitoring)
Hampir sama dengan framework sebelumnya, yang ini hanyalah penyempurnaan dari framework sebelumnya.
Sekian pengetahuan mengenai COSO, semoga bermanfaat.